Peran strategis
pemuda dalam pembangunan bangsa telah menjadi bagian penting selama rentang
sejarah berdirinya republik ini. Mulai sejak perjuangan merintis kemerdekaan
sampai dengan mempertahankannya. Lebih dari itu, bergulirnya era Orba ke
reformasi tak bisa dipisahkan dari peran aktif sosok pemuda.
Sekarang, dalam proses
menuju stabilitas republik ini, pemuda harusnya juga berperan penting di dalamnya. Dalam diri pemuda harus terbangun paradigma, bahwa dirinya bukan saja
sebagai transisi, namun juga agensi yang bisa mengubah wajah suram Indonesia
selama ini. Untuk mewujudkan itu semua, kaum muda tidak hanya dituntut untuk
percaya diri, namun juga tahu diri. Kaum muda harus bisa menentukan siapa dirinya dan seharusnya
berposisi di mana dalam suatu setting sosial tertentu.
Dalam kaitannya
dengan pemimpin muda, sejarah panjang kepemimpinan bangsa Indonesia, mulai dari presiden pertama, Sukarno, sampai dengan
presiden hari ini, Susilo Bambang Yudoyono, tak tercatat satu pun di antara mereka yang
tergolong kaum muda. Kaum tua lebih mendominasi jalannya kepemimpinan di negeri
ini.
Namun demikian,
sejarah panjang kepemimpianan bangsa yang terdiri dari kaum tua tidak boleh
dijadikan justifikasi, bahwa pemimpin bangsa tidak boleh dari kalangan muda.
Kaum muda punya hak sama untuk menjadi nahkoda negeri ini dengan kaum tua.
Karena pada dasarnya, kepemimpinan itu harus dipegang oleh orang yang mampu
menjaga amanat yang dipimpinnya. Dan untuk itu, tidak ada syarat harus dari
kalangan tua. Baik kalangan tua atau muda, jika tidak mampu membawa bangsa ini
ke titik maju dan keluar dari zona koruptif, maka sebaiknya Ia harus tahu diri,
bahwa dirinya masih belum pantas untuk jadi pemimpin bangsa.
Terlepas dari
itu semua, ketika fakta sejarah menuturkan bahwa kepemimpianan kaum tua selama
ini hanya mampu membawa Indonesia “jalan di tempat”, maka sudah saatnya kaum
muda untuk tidak juga diam di tempat. Mulai sekarang, menyambut pesta demokrasi
tahun 2014 yang akan datang, sudah saatnya kaum muda berdandan sedemikian apik
guna menampilkan dirinya sebagai generasi bangsa sesungguhnya. Predikat iron
stock yang selama ini melekat kepada sosok muda tidak boleh disia-siakan.
Kaum muda harus berani tampil menjadi lawan tanding bagi kalangan tua dalam
merebut kursi kepemimpinan yang selama ini dipegangnya.
Dengan begitu,
tentu ada banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan terlebih dahulu.
Sebelum genderang “perang” dibunyikan, para pemuda harus berhasil mengembalikan
kepercayaan masyarakat yang selama ini telah direnggut oleh sebagian politisi.
Selain itu, para pemuda juga harus berhasil meyakinkan masyarakat, bahwa
dirinya mampu membawa negeri ini ke arah yang lebih baik dan sesuai dengan
harapan umum. Nah, untuk itu, tak ada cara paling efektif untuk
meyakinkan masyarakat selain melakukan apa yang pernah diucapkan. Pemuda hari
ini tidak boleh hanya mengobral janji hampa bukti. Karena masyarakat hari ini
sudah muak dengan janji-janji, tapi rindu pada bukti dari janji-janji para politisi.
*penulis
adalah kader yang berproses bersama
warga pergerakan di PMII, angkatan GEMA
Demokrasi.